Entah apa maksudnya, sekumpulan laki-laki yang belum menikah dan
beberapa suami baru bercanda soal janda. Bermula dari salah satu oknum
yang membagikan berita tentang banyaknya jumlah janda karena pernikahan
tanpa ilmu dan iman, gurauan mereka semakin tidak manusiawi. Terlalu
berlebihan hingga amat nyata menghina status janda.
Salah satu di antara mereka berkata, “Sayang banget nikah sama janda.
Sayang khitannya.” Dan banyak lagi kalimat-kalimat meremehkan, yang
semakin menunjukkan dangkalnya logika mereka sebagai seorang manusia
yang sudah pasti terlahir dengan perantara ayah dan ibunya.
Begini, bercanda itu boleh. Tapi ada syaratnya. Salah satunya tidak
bercanda dengan sesuatu yang berbau dusta. Kedua, tidak berlebihan dalam
bercanda. Jika dua syarat itu dilanggar, bercanda seseru apa pun akan
menjadi dosa. Jika sudah dosa, pembahasannya akan sangat panjang.
Tatkala seseorang bergurau tentang janda, saya hanya berpikir bahwa otak
mereka sedang kacau. Saya tidak berani mengatakan tidak waras, karena
tahu bahwa mereka bisa berpikir dengan baik. Hanya saja, mereka enggan
melakukannya.
Bagaimana mungkin mereka tega menghina janda, seburuk apa pun si janda
itu, tatkala ada begitu banyak sosok-sosok yang ditinggal suami dan
justru menemukan kecemerlangan dalam hidup lantaran menjalani ujian
tanpa suami dengan sabar.
Bukankah 10 dari 11 istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam adalah para
janda? Dan hanya satu yang dinikahi dalam keadaan belum bersuami.
Artinya, jika kalian hendak berlaku ekstrim, maka nikahlah pertama kali
dengan janda saat usia kalian 25 tahun dan janda itu berumur 40 tahun
layaknya Nabi yang menikahi Ummu Khadijah.
Bukan hanya itu! Nikahilah seorang wanita yang sudah dua kali menikah,
atau kalian harus menjadi laki-laki ketiga sebagaimana jalan yang telah
ditempuh oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Setelah istri pertama meninggal dunia, jangan dulu menikahi wanita yang
belum pernah menikah dengan usia belasan tahun. Sebab, istri kedua Nabi
adalah Ummu Saudah binti Zum’ah yang kala itu berstatus janda beranak
empat atau lima.
Baru setelah itu, silakan nikahi wanita yang belum pernah menikah
sebagaimana Nabi menikahi Ummu ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq
Radhiyallahu ‘anhuma.
Jadi, disadari atau tidak, langsung atau tidak, Anda telah menghina Ummu
Khadijah dan Ummu Saudah serta Ummul Mukminin lain tatkala kalian
menghina janda, meski dengan gurauan.
Dan satu hal yang luput kalian sadari; ibu, istri, atau saudara
perempuan Anda amat sangat berpeluang untuk menjadi janda! Dan ketika
itu benar-benar terjadi, penyesalan sudah tak bermakna lagi. Penyesalan
tak akan bisa menunda hadirnya kematian.
Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]