Calon Ayah Mertua Memberikan Rumah dan Mobil Mewah, Namun Ketika Aku Tak Sengaja Pergoki Dia Di Ruang Tamu Barulah Aku Tahu Kebenarannya…


Pernikahanku dengan Vina bisa dikatakan merupakan sebuah kesalahan sejak awal. Aku berpacaran dengan Vina ketika ia baru saja putus dengan pacar sebelumnya. Mereka putus bukan karena sudah tidak cinta melainkan karena pacar Vina berencana untuk pindah ke luar negeri sedangkan Vina yang adalah anak tunggal tidak mungkin ikut dengan sang pacar dan meninggalkan kedua orang tuanya. 




Aku yang sedang mabuk asmara ketika itu tidak menganggap hal ini adalah suatu hal yang penting, asalkan Vina bersedia menjadi pacarku, aku yakin dengan sendirinya ia akan melupakan mantan pacarnya tersebut.

Tiga bulan setelah kami pacaran, Vina membawaku bertemu dengan kedua orang tuanya. Alangkah kagetnya aku mengetahui kenyataan bahwa Vina ternyata adalah anak seorang pengusaha kaya!  Mulanya aku kira ayah Vina tidak akan setuju dengan hubung4n kami karena aku bukan berasal dari keluarga kaya. Jangankan punya mobil dan rumah, perkerjaan yang layak saja aku tidak punya! Namun demikian, tak kusangka ayah Vina menyambutku dengan hangat, di mata ayah Vina aku adalah seorang pekerja keras dan bertanggung jawab.

Tak lama setelah pernikahan itu ayah Vina mulai mendesak kami agar segera menikah. Tak hanya sekali,
 
entry-content" id="post-body-3926913016360962341">
tapi berkali-kali hingga akhirnya aku menyerah dan mengiyakan. Memang tak ada alasan bagiku untuk menunda pernikahahan kami. Aku mencintai Vina, tak hanya dari segi penampilan namun juga dari kepribadian. Terlebih lagi ayah Vina bersedia menanggung seluruh biaya pernikahan kami dan mengangkatku sebagai tangan kanan di perusahaannya. Aku bak mendapat durian runtuh, cinta dan harta datang secara bersamaan. Dua minggu sebelum hari pernikahan kami, Vina memberitahuku bahwa ia hamil! Aku segera membawa Vina ke dokter untuk melakukan pemeriksaaan. Dokter pun menyatakan bahwa Vina positif hamil, usia kandungannya ketika itu meginjak 7 minggu. Aku sempat bingung mendengar pernyataan dokter karena jika dihitung dari terakhir kali aku berhubungan dengan Vina maka perhitungan dokter meleset 10 hari. Namun demikian aku menyimpan pertanyaan tersebut dalam hati. Kami sudah cukup stress dan sibuk mempersiapkan pesta pernikahan dan aku tak ingin semakin membebani Vina dengan pemikiran tersebut. Lagipula mungkin dalam kedokteran meleset beberapa hari adalah suatu hal yang wajar. Dua hari setelah kami melakukan pemeriksaan, ayah mertua memberikan rumah dan mobil mewah sebagai hadiah pernikahan kami.

Waktu yang dinanti-nantikanpun tiba, anak kami, Geroge, lahir ke dunia dalam keadaan sehat walafiat. Ia mirip Vina, tidak mirip sedikitpun denganku. Aku tidak mempermasalahkan hal tersebut hingga setelah dua bulan kemudian George semakin hari semakin terlihat mirip dengan seseorang… Mantan pacar Vina! Aku sangat terpukul, namun aku terus berusaha meyakinkan diri sendir bahwa Geroge adalah anak kandungku, aku tidak boleh punya pemikiran seperti itu!

Aku terus menerus memendam hal tersebut hingga suatu malam aku tiba-tiba terbangun dan merasa sangat haus. Ketika aku hendak mengambil air di ruang makan, tak sengaja aku mendengar Vina sedang menelpon seseorang di ruang tamu dan bicara seperti sembunyi-sembunyi. Penasaran, aku diam-diam mendekat dan mendengar Vina berkata,」Sebentar lagi Geroge umur dua tahun, ia semakin hari semakin menggemaskan. Mata dan hidungnya mirip kamu… Sayang kamu tidak bisa melihat dan memeluknya…」 Perkataan Vina bagai petir yang menyambar dan menghancurkan hatiku, namun aku tidak langsung memergokinya saat itu. Aku memilih untuk kembali ke kamar dan menenangkan diri…

Keesokan harinya aku memutuskan untuk berbicara kepada Vina. Vina akhirnya mengaku bahwa George adalah anak mantan kekasihnya. Awalnya Vina hendak menggugurkan George, namun ketika dokter mengatakan bahwa Vina sudah pernah melakukan 4borsi dan jika ia m3nggugurk4n George maka ia tidak akan bisa punya anak lagi seumur hidup, ayah Vina tidak mengijinkannya melakukan 4borsi. Akhirnya Vina tetap melahirkan Geroge dan menyembunyikan kebenaran ini dariku.

Sekarang setiap kali aku melihat George, aku kembali teringat akan kebohongan Vina dan ayahnya. Aku sudah tidak tahan lagi hidup seperti ini. Haruskah aku menceraikan Vina…?