style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
peluang baik atau buruk ini tidak disadari, tatkala yang
mendominasi di dalam diri pasangan hanyalah ekspektasi tentang kebaikan
pasangan, di sana tiada ruang untuk kecewa.Yang dibayangkan ialah sosok baik, perhatian, romantis, tidak
meledak-ledak emosinya, bijak, dan banyak sifat baik lainnya. Alhasil,
semua ruang di dalam diri pasangan hanya terisi harapan-harapan baik,
tanpa sedikit pun ruang untuk kecewa.
Tatkala tiada ruang secuil pun untuk kecewa, sudah pasti kecewa akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan pun. Pasalnya, manusia tidak bebas dari sifat buruk dengan berbagai kadarnya dalam diri masing-masing.
Maka seorang pasangan, seharusnya menyediakan ruang untuk keburukan pasangannya. Disediakan bukan berarti sepakat dengan sifat buruk tersebut, tetapi merupakan sebuah cara agar diri bisa bijak menyikapinya.
Ruang tersebut ialah pemakluman atau kesadaran. Bahwa dia pasti miliki keburukan, maka milikilah hati lapang yang bisa senantiasa menerima untuk memperbiki, seiring berjalannya waktu. Bahwa pasangan kita tidak sempurna, maka siapkan senyum saat dia lakukan keliru. Setelah senyum, berpikirlah untuk mendapatkan sebaik-baik solusi agar sifat buruknya berkurang lantas berangsur hilang dan berganti dengan sifat baik.
Inilah sejatinya pernikahan; proses belajar yang tiada pernah usai. Ialah transformasi dari buruk menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik, dan belajar agar senantiasa berada di jalur kebaikan.
Semoga Allah Ta’ala berkahi rumah tangga kaum Muslimin seluruhnya. Aamiin.
Wallahu a’lam.
Tatkala tiada ruang secuil pun untuk kecewa, sudah pasti kecewa akan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan pun. Pasalnya, manusia tidak bebas dari sifat buruk dengan berbagai kadarnya dalam diri masing-masing.
Maka seorang pasangan, seharusnya menyediakan ruang untuk keburukan pasangannya. Disediakan bukan berarti sepakat dengan sifat buruk tersebut, tetapi merupakan sebuah cara agar diri bisa bijak menyikapinya.
Ruang tersebut ialah pemakluman atau kesadaran. Bahwa dia pasti miliki keburukan, maka milikilah hati lapang yang bisa senantiasa menerima untuk memperbiki, seiring berjalannya waktu. Bahwa pasangan kita tidak sempurna, maka siapkan senyum saat dia lakukan keliru. Setelah senyum, berpikirlah untuk mendapatkan sebaik-baik solusi agar sifat buruknya berkurang lantas berangsur hilang dan berganti dengan sifat baik.
Inilah sejatinya pernikahan; proses belajar yang tiada pernah usai. Ialah transformasi dari buruk menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik, dan belajar agar senantiasa berada di jalur kebaikan.
Semoga Allah Ta’ala berkahi rumah tangga kaum Muslimin seluruhnya. Aamiin.
Wallahu a’lam.