Peran suami istri dalam meraih rizki *** Jika sang suami yang menjemput rizki mk ia bagaikan tangan dlm keluarga,mk dg tangan itulah ia menjemput rizki utk anak dan istrinya. Mk peran istri itu sebisa mungkin harus bagaikan kantong ajaib...Doraemon kali kantong ajaib...!!! Mksudnya sang istri yg mnerima rizki dr suaminya mk ia harus mampu menampung, menyimpan dan mengelolanya utk kebutuhan keluarganya. Lalu knp kantongnya hrs ajaib? maksudnya ktika tlh habis rizki yg ada ditangan suami, tp rizki tetap mengalir pd istri tak kekurangan apapun krn Allah yg mncukupinya, baik dr rizki yg ada maupun dr rizki yg dtg tak terduga. Mk disinilah peranan seorang istri harus menjadi penarik rizki yaitu dg mnjd istri yg shaleha dg do'a dan ketaatannya shga Allah snantiasa melimpahkan rizki kpdnya baik melalui suami atw melalui jln yg lain yg Allah hendaki tp tetap dijamin kehalalannya. Mk bukan hy peran suami yg menjemput rizki mk pd hakikatnya sang istripun ada bagian utk meraih rizki dr Allah SWT. Disinilah wujud keberkahan dr Allah dimana jk dlm sbuah rmh tangga dibangun dg ketaqwaan dan ketaatan pd Allah mk yakinlah keberkahan dan ktenangan akn didapati, dan kbutuhanpun akn tercukupi, insya Allah.

 Kisah nyata yang terjadi di Negeri Jiran Malaysia, pernikahan ini sejatinya bukan keinginan keduanya, melainkan permintaan terakhir dari sang istri. Nor merupakan ibu dari lima anak, ia mengidap kanker rahim sejak beberapa tahun lalu.


Diakui oleh sang adik bahwa ini merupakan penyakitketurunan. Dulu ia juga sempat terserang penyakit mematikan ini namun ia berhasil sembuh. Tapi sayangnya, sang kakak tidak bisa sembuh bahkan dokter memvonis usianya sudah tidak lama lagi.

Mengetahui hal tersebut, Nor meminta kepada sang adik untuk merawat kelima anak perempuannya dan menjadi pendamping suaminya.

Sempat keberatan dengan keputusan sang kakak, karena dia masih berusia 20 tahun, namun akhirnya wanita yang berprofesi sebagai guru ini mengabulkan permintaan terakhir sang kakak.

Hal itu dilakukannya juga karena mengingat lagi akan kelima keponakannya yang masih berusia dini. Anak pertama Nor berusia sembilan tahun, dan si bungsu baru beberapa bulan.

“Kakak memang menikah diusia yang cukup tua, makanya saat sudah tua anak-anaknya masih sangat kecil,” jelas Karin.

Hingga akhirnya tibalah waktu itu, Karin dan kakak iparnya menikah di rumah sakit dimana kakaknya dirawat.

Suasana ijab kabul pagi itu sangat menyentuh hati. Calon suami Karin mengucapkan ijab kabul di depan istrinya yang sedang koma.

Tak sampai satu jam setelah keduanya dinyatakan sah sebagai suami istri, Nor tutup usia.

Kesedihan Karin tak berhenti sampai disitu, selang satu tahun dari pernikahan itu, suaminya yang merupakan tentara angkatan laut itu meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan.

Sampai dua tahun berlalu, Karin belum memikirkan untuk menikah lagi. Dia hanya memikirkan nasib kelima anak tirinya.

Meski hidup menjanda, Karin mengaku bahwa rejeki yang didapat sangat melimpah ruah. Bisnis yang ia geluti berjalan dengan lancar, “Mungkin ini berkah merawat anak yatim, semua ini rezeki mereka, saya hanya menimpang saja,” tutur Karin.