Sebagai syarat untuk menikah, saya meminta kepada suami saya untuk
membeli sebuah rumah terlebih dahulu, karena saya tidak mau tinggal
bersama mertua perempuan. Suami saya berasal dari keluarga single
parent, saya tidak mau hari-hari setelah saya menikah nanti dilewati
dengan argumen dengan ibu mertua.
Meskipun suami saya membeli mobil baru untuk saya, dia tampaknya
menunda-nunda untuk membeli sebuah rumah. Padahal dengan kemampuan
ekonomi yang dia miliki, membeli sebuah rumah bukanlah sebuah masalah.
Saya merasa apakah dia tidak mencintai saya?
Sangat tidak disangka saya malah hamil. Ibu mertua saya terlihat justru
sangat senang dan langsung membawa saya pergi ke dokter untuk cek up
serta menanggung seluruh biayanya. Namun, meskipun ibu mertua saya
terlihat sedemikian baik terhadap saya, tetapi saya tetap nekad
bersikeras meminta suami untuk membeli rumah sebelum melaksanakan
pernikahan. Akhirnya suami pun setuju. Pada hari pesta pernikahan
dilangsungkan, saya memang melihat ibu mertua saya meneteskan air mata.
Saya berpikir dalam hati, bagaimanapun juga dia pasti tidak rela anaknya
menikah, untung saja saya bersikeras tidak tinggal mau serumah dengan
dia, kalau tidak, setiap hari pasti kita rebutan "suami".
Malam pengantin kami lewati di rumah ibu mertua saya. Saya benar-benar
tidak dapat tidur. Tiba-tiba saya mendengar pintu kamar saya dibuka,
saya langsung pura-pura tertidur. Saya tidak menyangka, ternyata ibu
mertua saya tengah malam masuk kedalam kamar kami!
Saya dapat merasakan dia berdiri di
pinggir ranjang kami, kemudian dia
bergerak ke arah saya. Saya benar-benar tidak menyangka dia mengangkat
kedua kaki saya dan memasukkannya ke dalam selimut serta membereskan
selimut saya…… Pada saat itu, perasaan saya sulit dilukiskan, dalam
ingatan kedua orang tua saya tidak pernah membenarkan selimut saya……
Hari kedua saya tidak menuntut untuk terburu-buru pindah kerumah baru,
karena kami baru saja menikah, saya merasa kurang sopan untuk langsung
mengungkit tentang niat pisah rumah.
Hari kedua, ketiga, keempat, setiap malam ibu mertua saya secara
diam-diam masuk ke dalam kamar kami membantu kami membenarkan selimut.
Ibu mertua juga setiap pagi ke pasar membeli sayur, setiap hari memasak
sayur yang saya suka. Saya perlahan-lahan mulai menyukai ibu mertua
saya.
Tidak tahan akhirnya saya bertanya kepada suami saya, kenapa ibu mertua
setiap malam selalu masuk ke dalam kamar untuk mebetulkan selimut? Suami
saya berkata, waktu kecil kakak perempuannya sering menendang selimut
pada saat tidur. Namun saat itu dikarenakan kebutuhan biaya yang besar,
ibu mertua bertekad ingin menikah dengan orang kaya. Akhirnya setiap
malam setelah suami saya dan kakaknya tertidur, dia secara diam-diam
pergi keluar untuk pacaran, kadang kala tengah malam baru pulang, bahkan
terkadang semalaman tidak pulang. Akhirnya kakak perempuan karena
sering menendang selimut, dia pun jatuh sakit dan terkena penyakit asma.
Ibu mertua sejak saat itu tidak hentinya menyalahkan diri sendiri,
serta sejak itu dia pun tidak pernah pacaran lagi, melainan dia setiap
malam bangun untuk membereskan selimut suami saya dan kakaknya.
Suami saya berkata: sebenarnya pada saat mama masuk kamar, saya
seringkali belum tidur, saya malah sengaja menjulurkan kaki dan tangan
saya keluar dari selimut……
Setelah mendengar semuanya ini, saya menjadi terharu dan berkata:
ternyata ibumu sudah memperlakukan saya sebagai anak perempuannya
sendiri……
Sejak saat itu, saya tidak pernah mengungkit akan hal pisah rumah lagi.
Setelah lewat 1 bulan suami saya dengan jujur berkata, sebenarnya dia
sama sekali tidak berniat membeli rumah baru, dia sesungguhnya tidak
rela membiarkan ibunya hidup sendirian pada masa tuanya…